Who
Am I ?
Siapa yang kenal dengan diri kita kecuali
diri kita sendiri. Sama seperti saya. Hanya saya sendiri yang mengenal baik
pribadi saya. Tidak ada orang lain yang mengenal diri saya sebaik saya mengenal
diri sendiri. Jika teman-teman ingin mengetahui siapa saya, lebih baik dan
lebih pantas saya perkenalkan diri. Nama
saya Alberta Prisca . Sejak saya masih bayi sampai kelas 1 SMP nama
panggilan saya Prisca namun setelah saya mengenyam bangku SMA nama panggilan
saya berganti menjadi Pichul. Nama tersebut adalah hasil celetukan teman saya
dan alhasil teman-teman saya yang lain mulai memanggil dengan sebutan yang
sama. Sampai saya masuk ke perguruan tinggi nama panggilan akrab saya tetap
Pichul. Kata mereka nama Prisca ribet untuk diucapkan lebih gampang memanggil
dengan nama Pichul.
Umur saya masih 20 tahun untuk bulan ini
karena bulan depan sudah bertambah satu tahun. Saya anak bungsu dari 3
bersaudara dan semuanya perempuan. Ayah saya seorang pensiunan pegawai negeri
dan ibu saya seorang ibu rumah tangga yang hebat. Golongan darah sekeluarga O,
warna kesukaan merah, coklat, dan hitam. Hobi menonton film barat dan korea,
membaca novel, dan jalan-jalan. Saya penyuka binatang terutama anjing tetapi
entah mengapa saya tidak terlalu suka anjing peliharaan di rumah saya sendiri. Saya
penyuka klub liga Inggris Manchester United dan pemain sepak bola favorit bisa
dibagi dua jenis. Dulu dan sekarang. Dulu saya suka dengan Cristiano Ronaldo
tetapi berhubung pemain asal Portugal ini sudah hengkang dari MU saya menjadi
tidak begitu suka lagi. Sedangkan pemain sepak bola favorit saya saat ini
adalah Ryan Giggs. Sebenarnya saya masih ingin bercerita, tetapi berbicara
tentang apa saja yang saya sukai mungkin akan butuh berlembar-lembar kertas
jadi lebih baik saya cukupkan sekian.
Masa kecil kebanyakan saya lewati dengan
bermain bersama anak laki-laki. Segala jenis permainan pernah saya coba, Mulai
dari bermain kelereng, layang-layang, tamiya, gangsing, robot-robotan, dan
segala macam permainan anak laki-laki pernah saya coba. Sifat saya dulu masih
tomboy. Lalu dengan bertambahnya usia, ketomboy-an saya lama-lama berkurang dan
saya berubah menjadi lebih dewasa. Bergaul dengan teman-teman perempuan, mulai
dari bermain, pergi ke mall, kemana saja lebih banyak saya luangkan dengan
teman perempuan.
Berhubung membicarakan asal muasal saya
terlampau panjang ceritanya lebih baik langsung saja kita beralih pada topik
pokok, yaitu kepribadian. Mungkin bisa dibilang tulisan ini sedikit narsis
tetapi karena sekarang waktunya membicarakan pribadi diri sendiri harap
dimaklumi. Setelah mengikuti kuliah psikologi komunikasi saya baru tahu
ternyata kepribadian dibagi bermacam-macam tipe. Seperti sanguni, plegmatik,
melankolik, dan kolerik. Ada juga tipe introvert
dan extrovert. Dari kesemua jenis
kepribadian tersebut maka saya menilai diri saya masuk ke dalam kategori
plegmatik. Plegmatik karena saya orang yang sangat tenang. Saya pandai
mengontrol emosi jika ada masalah. Tetapi saat masalah datang, saya memilih
untuk merenungkan dan memetakan masalah itu berulang-ulang. Saat saya siap
menceritakan atau curhat dengan teman baru saya akan mulai bercerita. Disisi
lain saya tipikal orang yang pendiam dan tertutup. Setiap ada masalah yang
menerpa, saya terlalu percaya pada diri sendiri bahwa saya bisa
menyelesaikannya. Memang kadang saya bisa memecahkan masalah sendiri, namun
terkadang saya butuh bantuan orang lain. Saya bisa bercerita masalah yang
sedang dihadapi hanya kepada teman-teman terdekat dan teman yang saya percaya.
Tetapi buruknya adalah sampai perlu dipaksa oleh orang lain baru saya mau
menceritakan masalah tersebut.
Banyak juga teman saya yang bilang kalau
saya adalah orang yang jutek atau mungkin lebih pasnya judes. Sebenarnya saya
masih bingung dengan pendapat tersebut. Saya merasa biasa saja. Definisi jutek
menurut saya seperti orang yang tidak welcome.
Sedangkan judes menurut saya lebih ke arah orang yang pemarah, berkaitan dengan
emosional. Saya menerima dengan terbuka bagi teman yang ingin berteman dengan
saya dan saya jarang marah-marah. Mungkin orang mengira saya adalah orang yang
jutek dan judes hanya berdasarkan penglihatan secara visual dengan melihat
wajah saya yang terlihat jutek maupun judes.
Saya sangat menghargai pertemanan dan
persahabatan. Maksudnya disaat saya berteman dengan seseorang saya akan
menghargainya dan menjaga perasaanya. Saya adalah seorang pendengar yang baik,
walaupun kadang kala saya juga tidak bisa membantu memberikan solusi terbaik.
Saya bisa menjaga rahasia secara rapat-rapat atau bisa dibilang saya penjaga
rahasia yang baik. Banyak kawan saya yang percaya kepada saya untuk
menceritakan rahasia yang mereka miliki. Saya setia kawan dan senang
menghabiskan waktu dengan teman-teman saya. memperhatikan orang-orang disekitar
saya. Saya suka hidup ditengah-tengah orang lain dan suka bekerja sama dengan
orang lain.
Berbagai pengalaman hidup yang saya
miliki sangat mendewasakan saya. Saya mulai menerapkan rasa positif thinking dalam kehidupan saya.
Hasilnya sangat luar biasa. Berpikir positif ternyata tidak sesulit yang
dipikirkan. Pertama saya bermain positif melalui pikiran saya. Saat saya bisa
berpikir secara positif maka hal-hal disekitar saya akan menjadi positif. Mulai
dari hal yang sepele. Misalnya saat bertemu dengan teman, dengan memberikan
senyuman saja perasaan kita akan menjadi lebih ringan dan mungkin senang. Saat
apa yang kita pikirkan dan lakukan secara positif maka akan menarik hal-hal
yang positif dalam hidup kita. Sekali kita berpikir jelek tentang seseorang
maka hal-hal negatif akan mendatangi kita. Hal itu yang saya terapkan.
Saya
percaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup tidaklah sulit. Pertama adalah
pintar memainkan pikiran diri sendiri. Dulu saya orang yang mudah berpikir yang
bukan-bukan, curigaan dengan orang lain dan berpikiran yang negatif. Hidup
dengan penuh hal yang negatif sangatlah menyiksa. Perasaan menjadi tidak
tenang, mengerjakan sesuatu menjadi terburu-buru, menyalahkan diri sendiri
adalah efek yang daya dapatkan saat saya selalu berpikiran positif. Namun
lambat laun saya berpikir bagaimana caranya menghilangkan semua itu. Caranya
hanya satu, yaitu berpikir sebaliknya, yaitu positif thinking.
Jasmani dan rohani memang harus
seimbang. Disamping kita disuguhkan dengan hal duniawi, kedekatan diri kita
dengan Sang Pencipta juga bisa membuat hidup yang kita jalani lebih bermakna.
Intinya adalah kepercayaan. Saat kita percaya dengan kuasa Tuhan,
mengandalkanNya dalam perbuatan kita sehari-hari maka saya yakin kita bisa
menjalani hidup dan melewati masalah dengan mudah. Saya sudah menerapkannya.
Saya bergantung dengan Tuhan. Misalnya saat saya ada masalah dalam hal
finansial, ada saja yang memberi saya bantuan. Saat saya membutuhkan apapun
itu, ada saja yang mau membantu saya. Pikiran positif yang saya terapkan dan
tetap mendekatkan diri dengan Yang Kuasa hasilnya adalah kebahagiaan hidup.
Hidup saya berubah
sejak mulai menerapkan cara berpikir seperti itu. Terutama sifat, perilaku, dan
kepribadian saya berubah menjadi lebih baik. Saya bisa mendapatkan apa yang
saya mau. Saya membuat sebuah daftar yang berisi sesuatu baik berbentuk barang
atau apa saja yang saya inginkan, barang tersebut satu persatu bisa saya
miliki. Karena saya memiliki keyakinan bahwa saya bisa memilikinya. Tanpa usaha
susah payah, semuanya bermula dari memainkan pikiran kita.
Kembali lagi bahwa yang tahu diri kita hanyalah kita
sendiri. Manusia penuh dengan misteri karena manusia susah untuk ditebak,
termasuk saya. Cara berpikir kita juga berbeda satu sama lain. Untuk itulah
manusia diciptakan dengan keunikannya sendiri dan berbeda satu sama lain dan
perbedaan itu indah. Tergantung bagaimana cara kita mengolah dan berproses
dalam hidup. J