Karya Lukisan Berlandaskan
Spiritual Andre Tanama
Media Indonesia- “For me, any artwork is visualization
of God’s gift/ blessing. The process of creating an artwork is a spiritual
process. Transforming sense into positive energy that realized into visual
language” (A.C. Andre Tanama)
Adalah Andre
Tanama, masterpiece seni murni yang
saat ini sudah jadi seniman terkenal. Pria yang sering dipanggil Andre ini, sejak kecil sudah berkecimpung di dunia seni. Sosok
yang dikenal-kenalnya sebagai sosok pendiam ini diam-diam sudah bisa
dikategorikan sebagai pelukis tingkat nasional. Karya-karyanya sudah sangat
banyak jumlahnya, dan prestasi yang diraih dari hasil karyanya juga tidak
sedikit.
Berawal dari
perkenalannya dengan komik Hongkong seperti realis Tapak Sakti atau Tiger Wong karya
Tony Wong, Andre belajar menggambar dan meniru gaya goresan realis komik
tersebut. Keinginan menggambar akhirnya dilampiaskan dengan media lain. Ada cerita
masa kecil dari sang ibunda kalau Andre Tanama sering meminjam lipstick milik ibunya untuk melukis
diatas seprai.
Tidak heran
jika menanyakan mata pelajaran kesukaan semasa SMA, Andre dengan mantap
menjawab pelajaran menggambar. Jelas saja, karena Andre mengaku hanya fokus
pada pelajaran menggambar. Hasrat melukis tidak berhenti pada kanvas saja, pada
akhirnya Andre dengan mantap men-tatoo seluruh
bagian badannya. Sangat khas seorang seniman, selalu ingin tampil beda.
Kemampuan
melukis Andre memang tidak jauh dari faktor keturunan. Engkong atau sebutan
lain dari pamannya memang pintar melukis. Alat yang digunakan beliau untuk
melukis adalah dengan soldire. Sedangkan
media yang digunakan adalah kulit yang digalukis dengan soldier. Lukisan yang
dihasilkan dengan media kulit misalnya Bunda Theresa, Sri Paus, dan almarhum
mantan Presiden Soeharto.
Disamping cita-citanya
ingin menjadi seniman pelukis, sebenarnya cita-cita ini adalah cita-cita
keduanya. Sejak lama Andre ingin menjadi seorang pastur. Tetapi karena sesuatu
hal, Andre memutuskan untuk keluar dari seminari. Andre kemudian memutuskan
untuk masuk ke Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI). Lulus sarjana dengan
predikat cum laude Andre kemudian meneruskan pendidikan pasca
sarjana dan lulus dengan predikat cum
laude. Pria yang lahir pada 28 Maret 1982 ini pernah bekerja di Calista
dibagian design grafis dan sempat
menjadi guru TK. Saat ini Andre tercatat menjadi staf
pengajar dosen di ISI Yogyakarta sejak tahun 2006.
Sudah banyak
prestasi yang dicetak oleh Andre. Sejak tahun 2000, Andre sudah mengikuti
berbagai macam pameran Tidak sedikit dari hasil karyanya yang mendapatkan
apresiasi. Bahkan hasil karyanya sudah banyak yang dibawa ke negara lain,
seperti Thailand dan Milan, Italia. Prestasi terbesarnya adalah ketika
memenangkan juara pertama Trienal Seni Grafis Indonesia II di Bentara Budaya,
Jakarta tahun 2006.
Tercatat
sudah lebih dari 100 pameran, baik exhibition
dan group exhibition yang telah
diikuti. Gelar juara juga tidak sedikit yang berhasil disabet oleh pria terkenal
pendiam ini. Misalnya pada tahun 2003 Andre mendapatkan Gudang Garam
Scholarship, “Pergelaran Seni KriaISI” Exhibition, National Museum Jakarta;
Best Printmaking Artwork, Dies Natalis XIX ISI Yogyakarta; Finalist of Trienal
Seni Grafis Indonesia I, Bentara Budaya Jakarta. Masih banyak award yang didapatkan Andre hampir setiap
taunnya.
Ide untuk
berkarya bisa datang kapan saja. “Biasanya pas beol (buang air besar)
inspirasinya datang,” ujar bapak satu orang anak ini. “ Dateng ke
pameran-pameran juga bisa dapat inspirasi dengan melihat hasil karya orang
lain,” lanjutnya. Tidak lupa Andre ingin berbagi pengetahuan dan pengalamannya
tentang seni yang dituangkannya dalam sebuah buku yang berjudul “Touch of Heaven, The Journey Begins.”
Andre Tanama selalu serius dalam mengerjakan semua karya lukisannya.
Apabila terjadi kesalahan sedikit saja, maka baik media atau lukisannya harus
diulangi lagi. Berkarya memang membutuhkan totalitas, apalagi bagi seniman
sekaliber Andre Tanama.
Berbicara
mengenai aliran lukisan, Andre berkata, “Bagi saya sendiri, berkarya ga matok ke aliran.” Menurut kurator
yang ahli membaca lukisan, karya Andre dapat digolongkan menjadi aliran pop.
Aliran pop dapat merangkum seni comical, straight
art, atau lowbrow. Awal
berkaryanya Andre, tidak ada tendensi untuk memiliah-milah aliran.
Melalui
karya-karyanya yang berbau lingkungan dan bumi atau soal go green, Andre mengaku ingin menghasilkan karya yang disampaikan
tidak secara frontal. Dipilihlah sosok anak perempuan untuk merepresentasikan
idenya. Kebetulan juga ada keinginan memiliki anak perempuan ketika sang istri
mengandung. Sampai akhirnya perlu ditambahkan identitas nama, “Akhirnya namanya
Gwen,” seru Andre dengan suara khas jawanya.
Sempat
terjadi pergeseran dari lukisan Andre. Penggambaran anak kecil dan alam dirasa
Andre tidak pas. Andre kemudian kembali berefleksi kembali memikirkan situasi
ketika ia melukis. Ternyata Andre menyadari bahwa sosok anak kecil adalah
refleksi dari dirinya sendiri.
Karakter
Gwen menceritakan karakter anak perempuan yang selalu bungkam dan menundukkan
wajahnya. Jika dilihat lebih jauh lagi, sepertinya karakter ini terinspirasi
dari sang putri. “Gwen adalah refleksi alterego
pribadi saya sendiri,” ungkap Andre.
Ada juga
filosofi nama dari karakter Gwen Silent ini. Putri pertamanya bernama Gwen Sar
Ilen. Nama Sae Ilen jika dilafalkan, maka seperti berbunyi “silent”. Secara
kebetulan, nama anaknya dan karakter tokoh lukisannya memang sama. Akhirnya nama Gwen Silent ini dipilih sebagai
nama pameran yang dilakukan di Solo Exhibiton dan di Bentara Budaya Jakarta.
Selain
terkenal dengan lukisan dengan karakter Gwen, masih ada karakter lain yang
menjadi andalan Andre Tanama, yaitu Wayang Monyong. Wayang Monyong adalah figur
lelaki dewasa dengan wajah seperti tokoh waynang
wong hanya saya dia tidak memiliki mulut selain corong yang buntu.
Kedua
karakter tersebut sama-sama memiliki persamaan. Persamaan itu adalah kedua
figur tersebut sama-sama merefleksikan diri Andre Tanama. Kedua figur tersebut
muncu sebagai bentuk metaphor dari sisi-sisi spiritual manusia. Semua karyanya
memiliki makna yang tersirat. Hanya dengan kepekaan kepada lingkungan sekitar,
maka karyanya tidak jauh dari penglihatan Andre sebagai manusia biasa yang peka
terhadap lingkungan.
Dari beratus-ratus karya yang
telah dihasilkan oleh Andre, ada satu karya yang menjadi favoritnya. Dengan
nama The Prayer. “Antara seneng dan kecewa,” jelasnya. Setelah lukisan tersebut
laku, dengan berat hati Andre melepaskannya. The Prayer sendiri memiliki makna
khusus bagi seniman ini. Dalam karyanya, permirsa diajak untuk mengalami dunia
Gwen Silent sebagai seorang rahib kecil yang mengandalkan bijih Rosario dan
lilin untuk mencari makna kebenaran sejati.
Sebagai
seorang pelukis, Andre tentu memiliki pelukis favoritnya. Affandi, pelukis asal
Yogyakarta yang sudah sangat tersohor namanya. “ Affandi bisa mem-branding
masyarakat Yogyakarta dari kalangan bawah. menengah, sampai kalangan elit,”
kata Andre. Affandi mampu mengkonstruksi pikiran masyarakat sebagai pelukis
terkenal, meskipun karya-karyanya kurang
begitu bergaung.
Keinginan
yang belum tercapai bagi Andre adalah memiliki museum sendiri. Sepertinya ada
kepuasan tersendiri ketika seorang seniman bisa memiliki tempat untuk memajang
hasil karyanya pada publik. Jika dilihat dari karya dan prestasi yang sudah
dihasilkan, cita-cita Andre bukan tidak mungkin bisa terlaksana. Tinggal
menunggu waktu saja keinginannya dapat terwujud.
Andre Tanama
ingin menunjukkan bahwa apa yang ia lakukan saat ini adalah berkah dari Tuhan.
Talenta yang ia kembangkan adalah talenta yang diberikan Tuhan kepadanya. Seperti
yang diungkapkannya bahwa “Sebuah karya seni apapun itu bagi saya adalah
visualisasi atas anugerah ilahi. Berkarya merupakan suatu proses spiritual.
Mengolah rasa menjadi energy positif yang terwujudkan melalui bahasa visual,”
(Albertus Charles Andre Tanama).
No comments:
Post a Comment