Saturday, March 10, 2012

It's Called Media Interaktif


Budaya Tablet
Pasar Mempertimbangkan Gengsi, Style Mengalahkan Fungsi

            Teknologi, satu kata yang dapat menggambarkan keadaan masyarakat dunia yang tidak bisa jauh darinya. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Hampir semua kalangan mulai dari anak kecil,remaja, dewasa, sampai orangtua membutuhkan apa yang dinamakan teknologi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat membuat bola dunia terasa makin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak. Kemajuan teknologi saat ini telah megubah pandangan masyarakat. Dunia pun dipandang sempit oleh masyarakat.
          Selain itu sifat manusia yang selalu tidak puas akan selalu mencari sesuatu pergerakan yang inginnya efektif dan efisien. Yasraf Amir Pilliang yang menulis buku berjudul Sebuah Dunia yang Dilipat (Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme) mengistilahkan dunia seperti itu sebagai dunia yang telah dilipat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan betapa kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat aktivitas hidup manusia semakin efektif dan efisien.
Maka tidak salah ketika muncul teori Uses and Gratification yang diteliti oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Selain itu orang secara aktif mencari media tertentu untuk mendapatkan kepuasan. Teori ini berpusat pada khalayak media menekankan pada seorang konsumen media yang aktif. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. Teori ini menghubungkan antara kepuasan dan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media berada pada tangan khalayak. Karena orang adalah agen yang aktif, mereka mengambil inisiatif. Pada akhirnya khalayak adalah agen yang menentukan tujuan mereka menggunakan media tersebut. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. Ini berarti bahwa media dan khalayak berhubungan dipengaruhi oleh masyarakat.
Perilaku ini biasanya dipengaruhi oleh  predisposisi sosial dan psikologinya. Tentang hal ini Katz dan Blumer mengatakan sebagai berikut :
The social and psychological origins of, Needs which  generate,Expectation, The mass media or other sources which lead to,Diffferential pattern of media exposure (or engagement in other activities)resulting in,Need perhaps mostly unitended ones.

(Pendekatan Uses and Gratification berhubungan dengan kebutuhan sosial dan psikologis yang membentuk harapan pada media massa atau sumber lain yang mengakibatkan pola terpaan  media yang berlainan yang menghasilkan kepuasan dan  konsekuensi – konsekuensi lain yang tidak diinginkan) (Katz,  Blumer, Gurevitch, 1994).
            Setiap tahunnya ada saja gadget baru yang diproduksi oleh perusahaan komunikasi terkenal di dunia. Salah satunya adalah tablet. Tidak dipungkiri, tablet adalah gadget yang paling diminati saat ini sejak kemunculan Apple iPad. Gadget tipis ini sekarang menghiasi tempat-tempat nongkrong nan gaul di sudut-sudut kota metropolitan. Melihat animo yang sedemikian besar, tentu vendor-vendor lain tak ingin membiarkan kue manis itu dinikmati sendirian oleh Apple. Maka muncullah Samsung Galaxy Tab, Acer Iconia, BlackBerry Playbook, dan sederet merk-merk lain mulai dari yang paling mahal sampai yang model-model Cina.
            Mungkin kita sedikit penasaran mengenai sejarah adanya komputer tablet. Berbicara mengenai tablet, maka merk yang identik dengan tablet adalah Ipad dari Apple. Sedikit sejarah bahwa ternyata komputer tablet pertama Apple adalah MessagePad Newton 100, diperkenalkan pada tahun 1993, yang menyebabkan penciptaan inti prosesor ARM6 dengan Komputer Acorn. Apple juga mengembangkan prototipe PowerBook Duo tablet berbasis, PenLite, tetapi memutuskan untuk tidak menjualnya dalam rangka untuk menghindari menyakiti penjualan MessagePad.[1]
            Namun saat ini muncul berbagai macam merk tablet yang menyaingi Apple. Sebut saja Samsung Galaxy Tab, Blackberry Playbook, Cisco Cius, Dell Streak, HP Slate 500, Toshiba Folio 100, HP PalmPad, LG Optimus, Acer Tablet, Microsoft Windows 7 Tablet, OpenTablet 7, dan Google/Verizon Tablet. Berlomba-lomba perusahaan telekomunikasi membuat gadget terbaru untuk menyaingi Apple dan membuat produk yang lebih canggih dengan membuat spesifikasi yang lebih rumit dan tidak dimiliki oleh Apple. Dengan iPad siapapun bisa dengan leluasa membaca e-Book kapanpun dan dimanapun. Selain itu iPad juga bisa berfungsi layaknya sebuah PC, didalam iPad tersedia berbagai fasilitas hiburan mulai dari mendengarkan musik, menonton film, mangakses situs jejaring sosial facebook, twitter dan kegiatan surfing dunia maya lainnya.
            Kemunculan tablet memang belum lama, namun efek yang diakibatkan munculnya gadget ini cukup besar. Awalnya heboh dengan adanya smartphone seperti Blackberry yang saat ini sudah menjadi trend. Dengan kemunculan tablet maka sedikit demi sedikit masyarakat mulai banyak yang melirik tablet sebagai gadget pilihan mereka. Terutama bagi mereka yang selalu membutukan gadget untuk mobile seperti orang-orang pekerja profesional. Tidak sedikit anak-anak muda juga banyak yang melirik gadget tablet ini.
            Survey dari Citigroup menyatakan kalau kebanyakan orang yang membeli tablet beralasan mereka melihatnya sebagai mainan baru, bukan membeli karena alasan kegunaan / kebutuhan pemakaian. Juli lalu mereka membuat polling dari 1800 orang di AS, Inggris dan China, dan menemukan kalau 62 persen dari mereka yang berencana membeli tablet dalam 12 bulan kedepan menginginkan sebuah ''mainan baru/gadget.'' Alasan lainnya, seperti hadiah, untuk kebutuhan kerja, atau menggantikan kegunaan komputer, cukup kecil jika dibandingkan.[2]
            Menjelajahi web, messaging, jejaring sosial, menikmati multimedia, dan membaca e-book adalah kegunaan utama untuk tablet. 67 persen melakukan web browsing, dan 55 persen menggunakannya untuk email atau chatting. Untuk pengguna iPad, Citigroup melaporkan kalau pemilik iPad cenderung mengunduh dan membeli aplikasi lebih banyak daripada pengguna tablet pesaing.[3]
            Di Indonesia, tablet memang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, namun disisi pengguna tablet, di Indonesia masih tergolong rendah. Dari segi harga, tablet tergolong masih mahal di kantong masyarakat Indonesia, jadi yang memiliki tablet hanya orang-orang tertentu saja. Namun kita dapat melihat bahwa fungsi penggunaan tablet perlu dipertanyakan, khususnya untuk anak-anak muda. Kebiasaan anak muda jaman sekarang adalah barang-barang yang dibeli biasa tidak benar-benar dibutuhkan. Tujuan dibelinya barang tersebut juga hanya untuk gaya-gayaan dan mengangkat derajat dan gengsi si pemiliknya. Gaya belanja seperti ini bisa disebut juga sebagai konsumsi gengsi.
            Teknologi atau fitur pada iPad diyakini juga akan membuat orang menjadi lebih pintar namun orang bisa juga menyalahgunakan teknologi ini, dalam pidatonya di Hampton University, Obama mengatakan sekarang sudah banyak perangkat elektronik, seperti iPod, iPad, Xbox, dan PlayStations yang membuat informasi menjadi lebih cepat, tapi juga bisa menimbulkan kesalahpahaman atau hanya sekadar alat untuk mendapatkan hiburan.[4]
Dengan menenteng tablet, lalu menggunakannya di tempat umum, sudah pasti dapat menaikan gengsi tapi setidaknya orang tersebut bisa menjadi sorotan dan bahan perhatian di sekitar. Lalu bagi pebisnis pun melakukan presentasi juga dapat menggunakan tablet pc, sebuah iPad dapat dikoneksikan ke projektor, dan tentunya hal ini dapat membuat kamu menjadi terlihat prestige, sangat menunjang karir dan personality.
 Dalam konteks gaya hidup, tablet juga mengubah cara orang dalam bergaya, dapat dikatakan adanya pengaruh lifestyle yang sudah dibentuk oleh iklan sedemikian rupa, banyak orang yang berubah atau mengubah aktifitasnya. Pebisnis tak perlu lagi bertemu dengan koleganya, cukup melalui tablet saja maka informasi maupun transaksi perdagangan bisa dilakukan dengan cepat. Penggunaan tablet dengan efektif sangat diperlukan karena dalam menggunakan tablet tidak hanya dipakai hanya untuk mengikuti trend masa kini atau hanya untuk main game dan bergaya saja. Namun disisi lain, apakah kita benar-benar bisa memakai tablet sesuai dengan fungsi semestinya ataukah hanya mempertaruhkan gengsi semata ?
Beberapa saat yang lalu saya mewawancarai orang-orang yang memakai tablet. Hasilnya memang tidak begitu mengherankan. Narasumber yang pertama bernama Tania (17) kelas 2 SMA, seorang siswi salah satu SMA di Yogyakarta mengaku membeli tablet (Ipad) karena memang tertarik dengan gadget berbentuk tipis tersebut. Kegunaan utama dari tablet menurut dia hanya untuk browsing dan bermain game. Selain itu dia tidak menggunakan tablet untuk kegiatan belajar, misalnya mencari bahan pelajaran melalui tablet. Tania lebih memilih menggunakan laptop ketika akan mengerjakan tugas sekolah. Bagi Tania yang masih remaja,menggunakan tablet dapat menaikkan prestige. Ketika teman-temannya masih menggunakan handphone katakanlah seperti Blackberry yang sudah menjadi handphone pasaran, Tania sudah menggunakan tablet dan hal tersebut memunculkan rasa percaya diri. Terutama ketika ia sedang berada di tempat umum misalnya di Mall atau kafe. Tania menyukai tablet karena bentuk fisiknya yang stylelish, terlihat keren, dan portable atau bisa dibawa kemana-mana. Layar touch pada Ipad dipandang lebih praktis karena tidak perlu menggunakan mouse, jadi tinggal disentuh dengan menggunakan jari saja. Tania juga mengaku bahwa selama memiliki tablet, dia lebih sering bermain game atau hanya sekedar mengutak-atik tablet bahkan bisa sampai berjam-jam.
            Narasumber yang kedua adalah Ferry Christianto (31) adalah seorang pekerja kantoran. Saya menanyakan perihal tablet ke beliau karena beliau bekerja di salah satu perusahaan gadget di Semarang. Ketika saya menanyakan tentang penggunaan tablet, dia tidak tertarik untuk membeli tablet karena tidak bisa digunakan untuk bekerja. Walaupun beliau pernah memiliki tablet. Kegunaan utamanya hanya untuk bermaij games, browsing. Beliau pernah sekali menggunakan tablet hanya untuk sekedar mencoba dan baginya tablet memang lebih asyik digunakan untuk bersantai dengan bermain games atau membaca. Sebagai orang yang bekerja di perusahaan IT dan salah satunya tablet, Ferry mengatakan bahwa pasar tablet di Indonesia cukup tinggi. Walaupun yang memilikinya kebanyakan orang-orang tertentu yang memiliki budget berlebih. Dengan kehadiran tablet seperti Ipad telah memunculkan segmentasi baru pada pasar gadget, Posisi Ipad yang berada antara smartphone dan laptop yang mengakibatkan segmentasi pasar bagi Ipad sehingga tidak menutup kemungkinan pangsa pasar gadget akan dikuasai  oleh Ipad.
            Narasumber yang terakhir adalah Bowo (30), wirausaha. Sudah cukup lama menggunakan tablet. Alasan membeli tablet adalah hanya untuk kepunyaan pribadi dan konsumsi pribadi. Tablet tersebut tidak digunakan untuk bekerja. Namun hanya sekedar bermain games, dan browsing seperti biasa. Menurut Bowo, penggunaan tablet lebih efisien untuk bersantai, ketika akan mengerjakan pekerjaan, ia lebih memilih laptop atau netbook daripada tablet. Menurut Bowo, jika bekerja menggunakan tablet dipandang kurang efektif dan efisien. Layar tablet tidak sebesar laptop maupun netbook, dan kurang fleksibel untuk digunakan. Maksudnya jika menggunakan Ipad, fisik Ipad itu sendiri yang tipis sehingga ketika menggunakannya harus hati-hati. Berbeda dengan laptop atau netbook yang dapat diletakkan di atas meja dengan posisi lebih aman. Laptop atau netbook lebih efisien karena dapat digunakan untuk mengetik, sedangkan tablet lebih merujuk pada fungsi hiburan dan aktualisasi diri. Ketika ditanyakan apakah dengan memiliki tablet dapat menaikkan prestige jawabannya adalah iya, tablet dapat menaikkan prestigenya.
            Dari kesemua narasumber yang saya wawancarai, dapat saya simpulkan bahwa kesemuanya berpendapat bahwa tablet adalah perangkat elektronik yang dikonsumsi pribadi, maksudnya tablet hanya digunakan untuk hiburan misalnya bermain games, bermain jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter maupun browsing internet. Namun satu hal penting yang perlu dicatat adalah masalah gengsi dan prestige. Ternyata rasa prestige sangat mempengaruhi seseorang ketika sudah memiliki tablet. Ada rasa kebanggaan tersendiri karena tablet dipandang hanya dimiliki oleh segelintir orang yang berduit. Selain itu dampak yang diakibatkan adalah menghabiskan waktu apabila hanya digunakan dari segi entertainmentnya saja, contoh : bermain game berjam–jam.
Kemunculan tablet memang cukup menghebohkan masyarakat. Pasar berperan penting dalam kemunculan tablet itu sendiri. Sejak Apple merilis iPad, makin banyak gadget mania yang keranjingan PC tablet. Seperti biasanya, jika suatu produk laris di pasaran, akan banyak produk serupa yang latah hadir. Fenomena ini tentu disambut gembira para operator sebagai penyedia akses mendapatkan gadget tersebut. Selain itu pasar juga sangat bersaing, terutama bagi perusahaan gadget yang selalu berinovasi membuat produk yang lebih canggih dari produk perusahaan saingan. Pasar tablet berkembang cepat dengan banyak tablet baru yang kompetitif dikenalkan kepada publik. Tentunya perusahaan gadget menanamkan rasa “gengsi” yang tinggi agar tidak ketinggalan dan menarik pasar dalam cakupan yang luas.




No comments:

Post a Comment