Budaya
Tablet
Pasar
Mempertimbangkan Gengsi, Style Mengalahkan Fungsi
Teknologi,
satu kata yang dapat menggambarkan keadaan masyarakat dunia yang tidak bisa
jauh darinya. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Hampir semua
kalangan mulai dari anak kecil,remaja, dewasa, sampai orangtua membutuhkan apa
yang dinamakan teknologi. Kemajuan teknologi
informasi yang demikian pesat membuat bola dunia terasa makin kecil dan ruang
seakan menjadi tak berjarak. Kemajuan teknologi saat ini telah megubah
pandangan masyarakat. Dunia pun dipandang sempit oleh masyarakat.
Selain itu sifat
manusia yang selalu tidak puas akan selalu mencari sesuatu pergerakan yang
inginnya efektif dan efisien. Yasraf Amir Pilliang yang menulis buku berjudul
Sebuah Dunia yang Dilipat (Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan
Matinya Posmodernisme) mengistilahkan dunia seperti itu sebagai dunia yang
telah dilipat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan betapa kehadiran ilmu
pengetahuan dan teknologi telah membuat aktivitas hidup manusia semakin efektif
dan efisien.
Maka
tidak salah ketika muncul teori Uses and
Gratification yang diteliti oleh Elihu Katz, Jay G.
Blumler, dan Michael Gurevitch. Teori
ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan
media untuk pemuas kebutuhannya. Selain itu orang secara aktif
mencari media tertentu untuk mendapatkan kepuasan. Teori ini berpusat pada
khalayak media menekankan pada seorang konsumen media yang aktif. Inisiatif
dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat
pada anggota khalayak. Teori ini menghubungkan antara kepuasan dan kebutuhan
pada pilihan terhadap sebuah media berada pada tangan khalayak. Karena orang
adalah agen yang aktif, mereka mengambil inisiatif. Pada akhirnya khalayak
adalah agen yang menentukan tujuan mereka menggunakan media tersebut. Media
berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. Ini berarti bahwa
media dan khalayak berhubungan dipengaruhi oleh masyarakat.
Perilaku ini biasanya
dipengaruhi oleh predisposisi sosial dan
psikologinya. Tentang hal ini Katz
dan Blumer mengatakan sebagai berikut
:
The social and
psychological origins of, Needs which
generate,Expectation, The mass media or other sources which lead
to,Diffferential pattern of media exposure (or engagement in other
activities)resulting in,Need perhaps mostly unitended ones.
(Pendekatan Uses and Gratification berhubungan dengan kebutuhan sosial dan psikologis
yang membentuk harapan pada media massa atau sumber lain yang mengakibatkan
pola terpaan media yang berlainan yang
menghasilkan kepuasan dan konsekuensi –
konsekuensi lain yang tidak diinginkan) (Katz,
Blumer, Gurevitch, 1994).
Setiap tahunnya ada saja gadget baru
yang diproduksi oleh perusahaan komunikasi terkenal di dunia. Salah satunya
adalah tablet. Tidak dipungkiri, tablet adalah gadget yang paling diminati saat
ini sejak kemunculan Apple iPad. Gadget tipis ini sekarang menghiasi
tempat-tempat nongkrong nan gaul di sudut-sudut kota metropolitan. Melihat
animo yang sedemikian besar, tentu vendor-vendor lain tak ingin membiarkan kue
manis itu dinikmati sendirian oleh Apple. Maka muncullah Samsung Galaxy Tab,
Acer Iconia, BlackBerry Playbook, dan sederet merk-merk lain mulai dari yang
paling mahal sampai yang model-model Cina.
Mungkin kita sedikit penasaran
mengenai sejarah adanya komputer tablet. Berbicara mengenai tablet, maka merk
yang identik dengan tablet adalah Ipad dari Apple. Sedikit sejarah bahwa
ternyata komputer tablet pertama Apple adalah MessagePad Newton 100,
diperkenalkan pada tahun 1993, yang menyebabkan penciptaan inti prosesor ARM6
dengan Komputer Acorn. Apple juga mengembangkan prototipe PowerBook Duo tablet
berbasis, PenLite, tetapi memutuskan untuk tidak menjualnya dalam rangka untuk
menghindari menyakiti penjualan MessagePad.[1]
Namun saat ini
muncul berbagai macam merk tablet yang menyaingi Apple. Sebut saja Samsung
Galaxy Tab, Blackberry Playbook, Cisco Cius, Dell Streak, HP Slate 500, Toshiba
Folio 100, HP PalmPad, LG Optimus, Acer Tablet, Microsoft Windows 7 Tablet,
OpenTablet 7, dan Google/Verizon Tablet. Berlomba-lomba perusahaan
telekomunikasi membuat gadget terbaru untuk menyaingi Apple dan membuat produk
yang lebih canggih dengan membuat spesifikasi yang lebih rumit dan tidak
dimiliki oleh Apple. Dengan iPad siapapun bisa dengan leluasa
membaca e-Book kapanpun dan dimanapun. Selain itu iPad juga bisa berfungsi
layaknya sebuah PC, didalam iPad tersedia berbagai fasilitas hiburan mulai dari
mendengarkan musik, menonton film, mangakses situs jejaring sosial facebook, twitter dan kegiatan surfing
dunia maya lainnya.
Kemunculan tablet
memang belum lama, namun efek yang diakibatkan munculnya gadget ini cukup
besar. Awalnya heboh dengan adanya smartphone seperti Blackberry yang saat ini
sudah menjadi trend. Dengan kemunculan tablet maka sedikit demi sedikit
masyarakat mulai banyak yang melirik tablet sebagai gadget pilihan mereka. Terutama
bagi mereka yang selalu membutukan gadget untuk mobile seperti orang-orang
pekerja profesional. Tidak sedikit anak-anak muda juga banyak yang melirik
gadget tablet ini.
Survey dari
Citigroup menyatakan kalau kebanyakan orang yang membeli tablet beralasan
mereka melihatnya sebagai mainan baru, bukan membeli karena alasan kegunaan /
kebutuhan pemakaian. Juli lalu mereka membuat polling dari 1800 orang di AS,
Inggris dan China, dan menemukan kalau 62 persen dari mereka yang berencana
membeli tablet dalam 12 bulan kedepan menginginkan sebuah ''mainan
baru/gadget.'' Alasan lainnya, seperti hadiah, untuk kebutuhan kerja, atau
menggantikan kegunaan komputer, cukup kecil jika dibandingkan.[2]
Menjelajahi web,
messaging, jejaring sosial, menikmati multimedia, dan membaca e-book adalah
kegunaan utama untuk tablet. 67 persen melakukan web browsing, dan 55
persen menggunakannya untuk email atau chatting. Untuk pengguna
iPad, Citigroup melaporkan kalau pemilik iPad cenderung mengunduh dan membeli
aplikasi lebih banyak daripada pengguna tablet pesaing.[3]
Di Indonesia, tablet
memang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, namun disisi pengguna tablet, di
Indonesia masih tergolong rendah. Dari segi harga, tablet tergolong masih mahal
di kantong masyarakat Indonesia, jadi yang memiliki tablet hanya orang-orang
tertentu saja. Namun kita dapat melihat bahwa fungsi penggunaan tablet perlu
dipertanyakan, khususnya untuk anak-anak muda. Kebiasaan anak muda jaman
sekarang adalah barang-barang
yang dibeli biasa tidak benar-benar dibutuhkan. Tujuan dibelinya barang
tersebut juga hanya untuk gaya-gayaan dan mengangkat derajat dan gengsi si
pemiliknya. Gaya belanja seperti ini bisa disebut juga sebagai konsumsi gengsi.
Teknologi
atau fitur pada iPad diyakini juga akan membuat orang menjadi lebih pintar
namun orang bisa juga menyalahgunakan teknologi ini, dalam pidatonya di Hampton
University, Obama mengatakan sekarang sudah banyak perangkat elektronik,
seperti iPod, iPad, Xbox, dan PlayStations yang membuat informasi menjadi lebih
cepat, tapi juga bisa menimbulkan kesalahpahaman atau hanya sekadar alat untuk
mendapatkan hiburan.[4]
Dengan
menenteng tablet, lalu menggunakannya di tempat umum, sudah pasti dapat
menaikan gengsi tapi setidaknya orang tersebut bisa menjadi sorotan dan bahan
perhatian di sekitar. Lalu bagi pebisnis pun melakukan presentasi juga dapat
menggunakan tablet pc, sebuah iPad dapat dikoneksikan ke projektor, dan
tentunya hal ini dapat membuat kamu menjadi terlihat prestige, sangat menunjang karir dan personality.
Dalam konteks gaya
hidup, tablet juga mengubah cara orang dalam bergaya, dapat dikatakan adanya
pengaruh lifestyle yang sudah
dibentuk oleh iklan sedemikian rupa, banyak orang yang berubah atau mengubah
aktifitasnya. Pebisnis tak perlu lagi bertemu dengan koleganya, cukup melalui
tablet saja maka informasi maupun transaksi perdagangan bisa dilakukan dengan
cepat. Penggunaan tablet dengan efektif sangat
diperlukan karena dalam menggunakan tablet tidak hanya dipakai hanya untuk
mengikuti trend masa kini atau hanya untuk main game dan bergaya saja. Namun
disisi lain, apakah kita benar-benar bisa memakai tablet sesuai dengan fungsi
semestinya ataukah hanya mempertaruhkan gengsi semata ?
Beberapa
saat yang lalu saya mewawancarai orang-orang yang memakai tablet. Hasilnya
memang tidak begitu mengherankan. Narasumber yang pertama bernama Tania (17)
kelas 2 SMA, seorang siswi salah satu SMA di Yogyakarta mengaku membeli tablet (Ipad)
karena memang tertarik dengan gadget berbentuk tipis tersebut. Kegunaan utama
dari tablet menurut dia hanya untuk browsing
dan bermain game. Selain itu dia tidak menggunakan tablet untuk kegiatan
belajar, misalnya mencari bahan pelajaran melalui tablet. Tania lebih memilih
menggunakan laptop ketika akan mengerjakan tugas sekolah. Bagi Tania yang masih
remaja,menggunakan tablet dapat menaikkan prestige.
Ketika teman-temannya masih menggunakan handphone katakanlah seperti Blackberry yang sudah menjadi handphone
pasaran, Tania sudah menggunakan tablet dan hal tersebut memunculkan rasa
percaya diri. Terutama ketika ia sedang berada di tempat umum misalnya di Mall
atau kafe. Tania menyukai tablet karena bentuk fisiknya yang stylelish, terlihat keren, dan portable atau bisa dibawa kemana-mana.
Layar touch pada Ipad dipandang lebih
praktis karena tidak perlu menggunakan mouse,
jadi tinggal disentuh dengan menggunakan jari saja. Tania juga mengaku bahwa
selama memiliki tablet, dia lebih sering bermain game atau hanya sekedar
mengutak-atik tablet bahkan bisa sampai berjam-jam.
Narasumber yang kedua adalah Ferry
Christianto (31) adalah seorang pekerja kantoran. Saya menanyakan perihal
tablet ke beliau karena beliau bekerja di salah satu perusahaan gadget di
Semarang. Ketika saya menanyakan tentang penggunaan tablet, dia tidak tertarik
untuk membeli tablet karena tidak bisa digunakan untuk bekerja. Walaupun beliau
pernah memiliki tablet. Kegunaan utamanya hanya untuk bermaij games, browsing. Beliau pernah sekali
menggunakan tablet hanya untuk sekedar mencoba dan baginya tablet memang lebih
asyik digunakan untuk bersantai dengan bermain games atau membaca. Sebagai
orang yang bekerja di perusahaan IT dan salah satunya tablet, Ferry mengatakan
bahwa pasar tablet di Indonesia cukup tinggi. Walaupun yang memilikinya
kebanyakan orang-orang tertentu yang memiliki budget berlebih. Dengan kehadiran tablet seperti Ipad telah memunculkan
segmentasi baru pada pasar gadget, Posisi Ipad yang berada antara smartphone dan laptop yang mengakibatkan
segmentasi pasar bagi Ipad sehingga tidak menutup kemungkinan pangsa pasar
gadget akan dikuasai oleh Ipad.
Narasumber yang terakhir adalah Bowo
(30), wirausaha. Sudah cukup lama menggunakan tablet. Alasan membeli tablet adalah
hanya untuk kepunyaan pribadi dan konsumsi pribadi. Tablet tersebut tidak
digunakan untuk bekerja. Namun hanya sekedar bermain games, dan browsing seperti biasa. Menurut Bowo,
penggunaan tablet lebih efisien untuk bersantai, ketika akan mengerjakan
pekerjaan, ia lebih memilih laptop atau netbook
daripada tablet. Menurut Bowo, jika bekerja menggunakan tablet dipandang kurang
efektif dan efisien. Layar tablet tidak sebesar laptop maupun netbook, dan
kurang fleksibel untuk digunakan. Maksudnya jika menggunakan Ipad, fisik Ipad
itu sendiri yang tipis sehingga ketika menggunakannya harus hati-hati. Berbeda
dengan laptop atau netbook yang dapat diletakkan di atas meja dengan posisi
lebih aman. Laptop atau netbook lebih efisien karena dapat digunakan untuk
mengetik, sedangkan tablet lebih merujuk pada fungsi hiburan dan aktualisasi
diri. Ketika ditanyakan apakah dengan memiliki tablet dapat menaikkan prestige
jawabannya adalah iya, tablet dapat menaikkan prestigenya.
Dari kesemua narasumber yang saya
wawancarai, dapat saya simpulkan bahwa kesemuanya berpendapat bahwa tablet
adalah perangkat elektronik yang dikonsumsi pribadi, maksudnya tablet hanya
digunakan untuk hiburan misalnya bermain games, bermain jejaring sosial seperti
Facebook dan Twitter maupun browsing internet. Namun satu hal penting yang
perlu dicatat adalah masalah gengsi dan prestige.
Ternyata rasa prestige sangat
mempengaruhi seseorang ketika sudah memiliki tablet. Ada rasa kebanggaan
tersendiri karena tablet dipandang hanya dimiliki oleh segelintir orang yang
berduit. Selain itu dampak yang diakibatkan adalah menghabiskan
waktu apabila hanya digunakan dari segi entertainmentnya saja, contoh : bermain
game berjam–jam.
Kemunculan tablet
memang cukup menghebohkan masyarakat. Pasar berperan penting dalam kemunculan
tablet itu sendiri. Sejak Apple merilis iPad, makin banyak gadget mania yang
keranjingan PC tablet. Seperti biasanya, jika suatu produk laris di pasaran,
akan banyak produk serupa yang latah hadir. Fenomena ini tentu disambut gembira
para operator sebagai penyedia akses mendapatkan gadget tersebut. Selain itu
pasar juga sangat bersaing, terutama bagi perusahaan gadget yang selalu
berinovasi membuat produk yang lebih canggih dari produk perusahaan saingan. Pasar
tablet berkembang cepat dengan banyak tablet baru yang kompetitif dikenalkan
kepada publik. Tentunya perusahaan gadget menanamkan rasa “gengsi” yang tinggi
agar tidak ketinggalan dan menarik pasar dalam cakupan yang luas.
No comments:
Post a Comment